BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar
1.Pengertian Belajar
Belajar
merupakan kegiatan yang sangat penting bagi setiap manusia. Pengetahuan dan
pemahaman, keterampilan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk dan berkembang
melalui belajar. Oleh karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat
diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang
mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. (
Mustangin, 2005:1 ). Perubahan
tingkah laku yang dimaksud adalah karena pengalaman dan latihan, perubahan itu
pada pokoknya didapatkan kecakapan baru, dan perubahan itu terjadi karena usaha
yang disengaja ( Sagala,
2005:37 ).
Belajar
menurut teori psikologi asosiasi adalah proses pembentukan asosiasi atau
hubungan antara stimulus (perangsang) yang mengenai individu melalui
penginderaan dan response (reaksi) yang
diberikan individu terhadap rangsangan tadi, dan proses memperkuat hubungan
tersebut. Belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur
latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah
dengan mengabaikan perubahan selain dari faktor-faktor latihan.
Menurut
Kolb (1984) belajar melalui pengalaman menekankan kepada hubungan yang harmonis
antara belajar, bekerja, serta aktifitas kehidupan dengan penciptaan
pengetahuan yang diperoleh secara terus-menerus dan diuji melalui
pengalaman.Belajar melalui pengalaman mengacu pada “Learning wich the learner in touch with the
realities bring student”. ( Kerton and Jare, 1978 ) belajar
merupakan interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga banyak memberikan pengalaman pada
kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan dan kemahiran berdasarkan alat indera atau pengalamannya. Oleh karena itu, apabila setelah belajar
seseorang tidak ada perubahan tingkah laku yang positif, dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan
pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya
belum sempurna.
Dalam proses belajar pasti ada faktor yang mempengaruhi dan
menentukan tercapainya proses tersebut, ada dua faktor yang mempengaruhi
belajar, yaitu :
a.
Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor
yang ada dalam individu yang sedang belajar.
Adapun
faktor-faktor intern tersebut adalah :
1.Faktor
Jasmaniyah
Faktor jasmaniyah yaitu yang berhubungan dengan kesehatan dan cacat
tubuh.
2.Faktor
Psikologis
Faktor psikologis yaitu faktor
yang berhubungan dengan intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
3.Faktor
Kelelahan
Faktor kelelahan yaitu faktor yang berhubungan dengan kelelahan jasmani dan rohani.
b.
Faktor Ekstern
Faktor
ekstern adalah faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar.
Adapun
faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1.Faktor Keluarga
Faktor keluarga diantaranya yaitu
cara orang tua mendidik,relasi
antara
anggota keluarga, suasana rumah
tangga, keadaan ekonomi dan lain-lain.
2.Faktor
Sekolah
Faktor sekolah diantaranya yaitu metode mengajar,kurikulum, relasi guru
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, dan lain-lain.
3.Faktor Masyarakat
Faktor rmasyarakat diantaranya yaitu kegiataan siswa dalam masyarakat, teman bergaul dan lain-lain.
Pembelajaran merupakan proses dua arah mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran adalah suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan
ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset
khusus dalam pendidikan.
Kemudian dijelaskan bahwa
pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu (1) dalam proses pembelajaran
melibatkan proses mental siswa sacara maksimal, bukan hanya menuntut siswa
sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi
menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir, (2) dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus
menerus yang diarahkan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya
kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang
mereka kontruksi sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan proses belajar yang dibangun
oleh guru untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, serta kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan atau
pemahaman yang baik terhadap materi
pelajaran.
Pemberian indikator dalam pembelajaran
mengacu pada hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Dalam pencapaian hasil
belajar siswa, guru dituntut untuk memadukan ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor secara proposional. Horward Kingsly membagi tiga macam hasil
belajar, Yakni :
(a) keterampilan dan kebiasaan,
(b) pengetahuan dan pengertian,
(c) sikap dan cita-cita.
Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan
bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Sedangkan Gagne membagi lima hasil belajar, yakni :
(a) informasi verbal,
(b) keterampilan verbal,
(c) strategi kognitif,
(d) sikap dan
(e) keterampilan proses
Dalam
sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis
besar membagi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotoris
( Nana Sujdana, 2002 :22 )
Ranah
kognitif berkenaan dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yakni
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintensis, dan
evaluasi. Ranah efektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil
belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah
psikomotoris, yaitu :
(a) gerakan refleks,
(b) keterampilan gerakan dasar,
(c) kemampuan perseptual,
(d) keharmonisan atau ketepatan,
(e) gerakan keterampilan,
(f) gerakan ekspresif dan interpretatif.
Yang
menjadi hasil dari belajar bukan penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku,
Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, maka diperlukan
pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan mencerdaskan
siswa.
Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar
yang baik harus dilakukan dengan baik dan pedoman cara yang tepat. Setiap orang
mempunyai cara atau pedoman sendiri – sendiri dalam belajar. Pedoman /
cara yang satu cocok digunakan
oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai
untuk anak/siswa yang
lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam
hal kemampuan, kecepatan, dan
kepekaan dalam menerima materi pelajaran. Oleh karena itu tidaklah ada suatu
petunjuk yang pasti yang harus dikerjakan oleh seseorang dalam melakukan
kegiatan belajar,tetapi faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar
adalah para siswa itu sendiri.
Minat
sangat besar pengaruhnya terhadap hasil/prestasi belajar, karena apabila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak
sesuai dengan minat,
siswa tidak akan belajar
dengan baik sebab tidak menarik baginya. Siswa akan
malas belajar dan tidak akan
mendapatkan kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat
siswa, lebih mudah dipelajari sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
2.Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi hasil belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian
prestasi. Prestasi adalah yang telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang telah
dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.
Menurut
Sukarsini Arikunto mengatakan bahwa hasil belajar tingkah laku yang menampakkan
diri dalam bentuk, perbuatan, yang dapat diamati dan diukur. Dari pendapat
diatas bahwa hasil belajar dapat diperoleh dari suaru proses belajar yang
terjadi di rumah, di sekolah, di tempat bermain yang
menimbulkan perubahan tingkah laku.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, hasil
belajar atau prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, atau diciptakan secara individu atau kelompok. Dari ungkapan
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hasil apabila tidak ada
kegiatan.
Jadi
prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua individu dengan
adanya belajar hasilnya dapat
dicapai. Setiap individu belajar memungkinkan hasil yang sebaik mungkin. Oleh
karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya
prestasinya berhasil dengan baik.Sedang pengertian prestasi juga ada yang
mengatakan prestasi adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yang dimampui
individu dalam mengerjakan sesuatu.
Setiap
individu yang belajar tentu dengan usaha atau kerja keras agar dapat
mendapatkan hasil yang memuaskan. Keberhasilan seseorang mendapatkan kriteria
ketuntasan minimal.Berikut ini akan dipaparkan tentang pengertian alat evaluasi
yang tepat untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran, indikator hasil
belajar, dan batas minimal hasil belajar.
Dalam setiap usaha
atau kejadian yang
dilakukan, manusia selalu
mendambakan keberhasilan. Begitu juga di dalam proses
belajar mengajar di sekolah. Seorang
siswa melakukan kegiatan belajar mengajar selalu medapatkan keberhasilan belajar. Dalam dunia pendidikan keberhasilan itu disebut dengan prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan wujud keberhasilan belajar yang menunjukkan kecakapan dalam penguasaan materi pelajaran yang menuntut
ketekunan dan kesungguhan dalam pelaksanaan belajar.
Menurut
Poerwodarminta (1998:700) prestasi
adalah hasil yang
dicapai ( dari yang telah dilakukan atau dikerjakan ). Sedangkan
prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan hasil nilai tes
atau angka yang telah diberikan kepada guru.
Menurut
Arifin ( 1990 : 2 – 4 ), kata prestasi dari bahasa Belanda prestatie. Kemudian dalam
bahasa Indonesia menjadi
“ prestasi ” yang berarti “ hasil usaha”. Selain itu ia juga mengemukakan
prestasi mempunyai beberapa fungsi utama antara lain :
a.Prestasi belajar sebagai indikator kualitas
dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasai siswa.
b.Prestasi belajar sebagai lambang hasrat
ingin tahu.
c.Prestasi belajar sebagai bahan informasi
dalam inovasi pendidikan.
d.Prestasi belajar sebagai
indikator intern dan
ekstren dari suatu
institusi
pendidikan. Prestasi
belajar sebagai indikator
tehadap daya serap
( kecerdasan ) anak
didik.
2.1 Alat
Evaluasi Prestasi Belajar
Langkah
pertama yang harus ditempuh oleh guru atau calon pendidik dalam menilai
prestasi belajar adalah menyusun alat evaluasi. Alat evalusi prestasi belajar
ada dua macam, yaitu bentuk objektif dan bentuk subjektif. Bentuk objektif
dapat berupa tes benar-salah, bentuk pilihan ganda, bentuk tes mencocokan, dan
tes isian. Sedangkan bentuk subjektif dapat berupa tes esai.
2.2
Indikator Prestasi Belajar
Indikator prestasi belajar adalah sebuah
acuan pencapaian keberhasilan suatu pembelajaran. Indikator pencapaian haruslah
mencakup aspek kognitif.
2.3 Batas
Minimum Hasil Belajar
Setelah
mengetahui indikator yang hendak dicapai, maka guru perlu menentukan batas
minimum keberhasilan dari indicator tersebut. Batas minimum digunakan
untuk mempertimbangkan batas terendah hasil belajar siswa.
Guru
dalam mengajar seyogyanya menggunakan metode belajar yang sesuai sehingga
menimbulkan rasa ketertarikan pada diri siswa. Dengan adanya rasa ketertarikan
ini anak akan berminat untuk mengikuti pembelajaran. Anak tidak merasa jenuh,
sehingga ada semangat untuk belajar. Dan diharapkan ke depannnya dapat
meningkatkan hasil dan prestasi belajar siswa.
B. Hakikat Pembelajaran PKn
1.Karakteristik Mata Pelajaran
PKn
Mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu wakil pembinaan totalitas dari anak didik hendaknya tidak
menampilkan dan menanamkan Pancasila sebagai konsep dan pengetahuan belajar
tetapi Pendidikan Kewarganegaraan harus mampu membina serta isi pesan dan
nilai-nilai moral Pancasila, standar isi Pendidikan Keawarganegaraan adalah pengembangan :
a.Nilai-nilai cinta tanah air.
b.Kesadaran berbangsa dan bernegara.
c.Keyakinan terhadap Pancasila sebagai
idiologi negara.
d.Nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia
dan lingkungan hidup.
e.Kerelaan berkorban untuk masyarakat,
bangsa dan negara serta
f. Kemampuan awal bela negara.
2. Hakikat
Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar
Menurut Indrawati (2000) dalam buku pedoman
pembelajaran secara kontekstual untuk guru Sekolah Dasar (2004) yang diterbitkan oleh DEPDIKNAS LMPM Jawa Barat dijelaskan
bahwa pembelajaran mempunyai arti sebagai upaya penataan lingkungan belajar
yang meningkatakan siswa dalam belajar. Proses belajar mencangkup aktivitas
siswa mencari, menerima dan mengolah informasi serta melibatkan diri dalam
interaksi sosial bersikap, berbuat, mengatur, dan menetapkan perilaku akhir
dari belajar adalah terjadinya perubahan
sikap konsep dan perilaku siswa sehingga menjadi lebih
jelas, lebih masuk
akal
dan lebih bermanfaat bagi dirinya. Dilihat dari
karakteristik siswa Sekolah Dasar
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
menyelidik, penemu, pembelajaran, dan
penciptaan karena siswa hendaknya diberi kesempatan untuk
berinteraksi aktif dengan
objek dan sumber-sumber lainnya.
Hakikat
Pendidikan Kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral
bangsa sebagai landasan pelakasanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi
kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.
3.
Pembelajaran PKn tentang Pengaruh Globalisasi
3.1
Pengertian Globalisasi
Jonson
And santos ( 2000) mendefinisikan globalisasi sebagai sebuah proses yang
memberikan sebuah kondisi wilayah setempat
atau keberhasilan dalam
batas penyampaian dan
pengembangan tujuan secara mendunia atau global dalam hal ini pengembangan
kapasitas untuk menggambarkan kondisi sosial lokal ke arah mendunia.
Sedangkan menurut Emanuel Riclter globalisasi adalah jaringan kerja
global secara bersamaan yang menyatakan masyarakat yang sebenarnya
terpencar-pencar dan terisolasi ke dalam saling ketergantungan dan persatuan
dunia. Hal ini sesuai dengan pendapat Selo Sumarjan bapak sosiologi Indonesia
globalisasi adalah terbentuknya organiasasi dan komunikasi antara masyarakat di
seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah yang sama.
3.2 Pengaruh Globalisasi
Globalisasi
mempunyai sisi positif dan negatif bergantung pada bagaimana cara seseorang
menyikapi atau memandangnya serta
kemampuan untuk memilih
hal-hal positif dari globalisasi. Berikut dampak positif
dari pengaruh globalisasi :
a. Mudahnya
masyarakat memperoleh informasi, maka masyarakat memiliki
wawasan
yang lebih luas.
b. Adanya
alat transportasi,semua kegiatan di daerah menjadi berjalan lancar.
c.
Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran di bidang ekonomi.
d.
Komunikasi mudah dilakukakan, baik melalui
hubungan langsung atau
dengan
menggunakan alat konunikasi.
Selain
dampak positif terdapat juga dampak
negatif dari pengaruh globalisasi adalah sebagai berikut :
a. Masuknya
informasi dengan mudah melalui berbagai media dan elektronik
dari
luar tidak dapat dibendung dengan mudah.
b.
Kebiasaan negara barat yang
tidak sesuai dengan kebiasaan bangsa timur
dapat
mempengaruhi kejiwaan generasi bangsa Indonesia.
c. Karena
mudahnya mendapatkan barang yang diperlukan, maka masyarakat
akan mudah membelanjakan uangnya dengan membeli barang
yang tidak
perlukan.
d.
Jika tidak dapat
memanfaatkan alat informasi
misalnya televisi, maka
banyak
orang malas belajar karena banyaknya acara televisi ayng menarik.
e.
Perbuatan negatif yang
ditayangkan di televisi
sering ditiru oleh anak-
anak, misalnya gaya gulat bebas
samack dwon.
3.3.
Menyikapi Pengaruh Globalisasi
Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri dari
modernisasi dan globalisasi. Hal tersebut didasarkan pada dimulainya pasar
global yang menandakan era globalisasi secara besar-besaran pada tahun 2015.
Oleh karena itu semua orang harus mempersiapkan diri agar dapat menarik manfaat
dari arus globalisasi dan dapat menangkal pengaruh-pengaruh negatif yang dapat
mengancam jati diri dan identitas bangsa. Ada beberapa sikap yang harus dimiliki
oleh kita sebagai bangsa yang bermartabat dan memiliki
jati diri yang luhur, diantaranya sebagai berikut :
a. Mempertebal keimanan
dan meningkatkan ketakwaan
terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
b.
Ikut berperan dalam
kegiatan organisasi keagamaan
dalam mengatasi
perubahan.
c. Belajar
dengan giat untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi agar
dapat
berperan maksimal dalam menjalani era globalisasi.
d.
Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri.
e.
Mencintai kebudayaan bangsa sendiri daripada kebudayaan asing.
f.
Melestarikan budaya bangsa
dengan mempelajari dan
mengasai
kebudayaan tersebut, baik seni maupun adat istiadat.
g.
Memilih informasi dan
hiburan dengan selektif
agar menjaga dari
pengaruh negatif.
h. Menjauhi
kebiasaan buruk gaya
hidup barat yang
bertentangan dengan
nilai dan norma
yang berlaku, seperti
meminum minuman keras,
menggunakan narkotika dan obat-obatan terlarang, dan pergaulan bebas.
C. Model Pembelajaran Interaktif
Modelp pembelajaran interaktif mengacu pada falsafah pendidikan kontruktivisme bahwa pengetahuan dibentuk oleh siswa
bukan ditransfer dari guru. Dalam proses pembentukan pengetahuan tersebut, guru
berperan sebagai fasilitator bagi siswa. Menurut Faire dan Cosgrove (dalam Harlen : 1992), Model Pembelajaran Interaktif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengembangkan
potensi rasa ingin tahu siswa terhadap suatu objek/peristiwa melalui
pertanyaan. Model pembelajaran interaktif ini di sebut juga
pendekatan “ pertanyaan siswa “. Dengan kata lain, guru menggali
pertanyaan siswa mengenai materi pembelajaran yang sedang dibahas, kemudian
siswa mencari jawabannya. Jawaban atas pertanyaan siswa dijawab oleh siswa.
Namun, perlu diperhatikan bahwa untuk menjawab pertanyaan tersebut memerlukan
proses, yaitu proses pencarian informasi. Artinya, bukan pertanyaan
yang dengan segera dapat dijawab oleh siswa.
1.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Interaktif
a. Persiapan
: guru kelas memilih
topik dan menemukan
informasi yang
melatarbelakanginya.
b. Kegiatan
penjelajahan : lebih melibatkan siswa
pada topik yang sedang
dibahas.
c. Pertanyaan
anak : guru kelas mengundang siswa untuk mengajukan
pertanyaan tentang topik yang dibahas.
d. Penyelidikan
: guru dan siswa memilih pertanyaan untuk dieksplorasi.
e. Refleksi:
melakukan evaluasi untuk memantapkan hal-hal yang terbukti dan
memisahkan hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
2. Kebaikan dan keterbatasannya
Salah satu dari kebaikan dari Model
Pembelajaran Interaktif adalah bahwa siswa belajar mengajukan pertanyaan,
mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap
pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan (obsevasi, penyelidikan).
Dengan cara seperti itu siswa menjadi kritis dan aktif dalam belajar. Apakah kebaikan yang lainnya ?
Langkah-langkah terstruktur seperti di atas menjamin bahwa pertanyaan siswa
dikumpulkan dan serius ditindak lanjuti. Sayangnya karena dipolakan seperti
itu, ternyata model ini menjadi rutin dan kehilangan tujuannya yang esensi.
Sekali siswa perlu berpikir tentang sesuatu objek yang sedang dipelajari. Jadi
penting melakukannya dengan serius, tidak sebagai sesuatu yang rutin.
3. Beberapa
faktor yang perlu diperhatikan oleh guru
agar siswa terlibat
aktif
dalam kegiatan pembelajaran, yakni :
a. Faktor Minat dan Perhatian
Minat
dan perhatian siswa merupakan faktor utama penetu derajat keaktifan siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Menurut Mursell ( dalam Uzer Usman, 1996:5) terdapat 22
macam minat salah satu diantaranya adalah anak memiliki minat belajar. Guru
memfasilitasi minat siswa tersebut, misalnya dengan cara memilih topik
pembelajaran sebagai konsep kunci
( key concept ) untuk mendapatkan
perhatian siswa secara penuh.
b. Faktor
Motivasi
Motivasi
adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan guna
mencapai tujuan. Atau keadaan dan kesiapan dalam diri siswa yang mendorong
tingkah laku untuk melakukan kegiatan belajar dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Sedangkan motif adalah daya yang terdapat pada siswa yang mendoronnya
untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar dapat timbul dari dalam
diri siswa ( motivasi instrinsik )
dan pengaruh dari
luar dirinya ( motivasi ekstrinsik). Dalam kegiatan
pembelajaran, guru berperan sebagai motivator untuk menumbuhkembangkan kedua
motivasi tersebut agar siswa mau dan mampu melakukan kegiatan belajar. Motivasi
intrinsik telah dimiliki setiap siswa dengan adanya potensi rasa ingin tahu (
sense of curiosity), sedangkan motivasi ektrinsik dapat timbul dari upaya guru melalui penerapan sistem
penghargaan-hukuman (punishment-reward system) yang diorientasikan pada upaya
memotivasi siswa untuk belajar.
c. Faktor
Latar atau Konteks
Belajar
berdasarkan realita akan menarik bagi siswa, belajar dimulai dari yang
sederhana dapat memotivasi siswa, dan belajar berdasarkan pengalaman siswa
dapat mengaktifkan siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, guru perlu mencari tahu
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki oleh siswa dengan dua
tujuan, yaitu agar tidak terjadi pengulangan materi karena hal tersebut dapat
menimbulkan kebosanan bagi siswa, dan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang telah dimiliki oleh siswa.
d. Faktor
Perbedaan Individu
Pada hakikatnya, siswa adalah individu
yang unik yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik pengetahuan,
minat, bakat, sifat, kemampuan, dan latar belakang. Perbedaan tersebut dapat
mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Secara umum, siswa memiliki
perbedaan secara vertikal dan horizontal. Perbedaan vertikal berkenaan dengan
kecerdasan (IQ), dan perbedaan horizontal berkenaan dengan (talenta) dan minta.
Mengingat adanya perbedaan tersebut, guru hendaknya menyadari dan memaklumi
apabila ada siswa yang berhasil dengan baik, atau bahkan sebaliknya mengalami
kesukaran memahami materi pelajaran. Dalam hal ini, guru harus tetap memperhatikan persamaan dan perbedaan siswa dengan cara mengoptimalkan pengembangan kemampuan
mereka masing-masing.
e. Faktor
Sosialisasi
Sosialisasi atau proses hubungan sosial, pada masa anak-anak sedang
tumbuh yang ditandai dengan keinginannya untuk selalu berusaha menjalin
hubungan dengan teman-temannya. Tetapi, ada suatu hal yang perlu mendapat
perhatian guru ketika sedang berlangsung kegiatan pembelajaran, yang mereka
akan merefleksikannya dengan cara mengobrol dengan temannya. Upaya guru untuk
menyalurkan kebutuhan anak akan hubungan sosial tersebut dapat dilakukan dengan
belajar kelompok sehingga dapat
mengembangkan potensi danmelatih anak menciptakan suasana kerjasama, proses pembentukan kepribadian, tumbuhnya kesadaran akan perbedaan di
antara temannya yang dapat menumbuhkan solidaritas melalui
saling membantu menyelesaikan tugas.
f. Faktor
Belajar Sambil Bermain
Bermain merupakan kebutuhan bagi siswa yang
sehat karena bermain merupakan keaktifan yang menimbulkan kegembiraan dan
menyenangkan. Bermain disini lebih dimaksudkan pada kegiatan pembelajaran yang
berlangsung dalam suasana menyenangkan sehingga akan mendorong siswa aktif
belajar, selain itu pengetahuan, keterampilan, sikap, dan daya fantasi siswa
akan berkembang. Suasana senang dan gembira dalam kegiatan pembelajaran dapat
diciptakan guru dengan tanpa mengesampingkan tujuan pembelajaran. Artinya, guru harus menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan bagi siswa.
g. Faktor
Belajar Sambil Bekerja ( Learning by Doing )
Konsep
belajar sambil bekerja pertama kali dikemukakan oleh Dewey melalui metode proyek, kemudian menjadi salah
konsep belajar yang dikemukakan UNESCO. Dewey mengemukakan pentingnya aktivitas
belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran, aktivitas tersebut meliputi aktivitas jasmaniyah dan aktivitas mental. Aktivitas belajar tersebut
dikelompokkan ke dalam lima kategori,
yaitu :
1. aktivitas sosial
( visual activities ),
seperti membaca, menulis,
melakukan eksperimen, dan demontrasi.;
2. aktivitas lisan ( oral activities ), seperti
bercerita, membaca sajak,
tanya
jawab, dan diskusi ;
3. aktivitas mendengarkan (listening activities), seperti
mendengarkan
penjelasan guru, mendengarkan
ceramah, dan pengarahan ;
4. aktivitas gerak
( motor activities ),
seperti simulasi, bermain
peran,
membuat peta, atau label, dan
grafik ;
5. aktivitas menulis
( writing activities ),
seperti mengarang, membuat
ringkasan, dan membuat laporan atau
makalah.
Belajar sambil bekerja adalah kegiatan
nyata yang dilakukan siswa untuk memperoleh pengalaman baru yang relatif mudah
diingat dan tidak
cepat lupa.
Dengan
demikian, kegiatan pembelajaran yang
melibatkan siswa dengan
melakukan sesuatu akan memupuk rasa percaya diri,
gembira, tidak membosankan, dan siswa dapat melihat hasil karyanya. Dalam hal
ini, tugas guru adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan
sesuatu dan memberikan penilaian terhadap hasil kerjanya, supaya siswa
mengetahui kemampuan dan kekurangannya, misalnya melalui pemberian tugas.
h. Faktor
Inkuiri
Pada
dasarnya, siswa memiliki potensi untuk mencari dan menemukan sendiri (sense of
inquiry), baik fakta maupun data/informasi. Faktor atau data/ informasi
tersebut kemudian diolah ( pemrosesan informasi ) dan dituangkan dalam bentuk
karya ilmiah. Dengan demikian, berilah kesempatan kepada siswa untuk menemukan
sendiri informasi yang ada kaitannya dengan materi
pelajaran. Dalam konteks ini, tugas guru adalah menyampaikan informasi
yang mendasar dan memancing siswa untuk mencari informasi selanjutnya. Agar
siswa terdorong untuk melakukan pencarian informasi tersebut.
i. Faktor
Memecahkan Masalah
Setiap
siswa menyukai tantangan (sense of chalanger), demikian pula halnya dalam
belajar. Belajar yang memiliki tantangan yang sesuai dengan tingkat kemampuan
siswa akan mendorong mereka untuk belajar. Sebaliknya, tantangan yang
memberatkan akan mematahkan semangat dan membuat siswa tidak betah belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran, tantangan tersebut dapat diciptakan oleh guru
dengan mengajukan situasi bermasalah agar siswa peka terhadap masalah. Sudah
tentu permasalahan tersebut terkait dengan materi pembelajaran. Kepekaan
terhadap masalah akan mendorong siswa untuk melihat masalah dan merumuskannnya,
memilih serta berdaya upaya untuk menentukan cara pemecahannya sesuai dengan
tingkat kemampuannya.
Kesembilan faktor tersebut
di atas, sangat
memerlukan kepekaan dan aktualisasi kompetensi guru dalam
melakasankan tugas secara profesional. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
interaktif menurut Brookfield (1987) adalah didasarkan pada dialog
transaksional, yaitu proses interaksi
antara guru dengan
para siswa. Kegiatan Pembelajaran Interaktif tersebut
diindikasikan dengan keterlibatan seluruh siswa secara aktif dalam transaksi
akademik-edukatif. Dalam konteksitas Model Pembelajaran Interaktif (pendekatan
pertanyaan siswa) maka dialog transaksional tersebut dapat tercermin dalam
menentukan pertanyaan (permasalahan) yang diajukan oleh siswa. Semua siswa
diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaaan , tetapi pertanyaan tersebut
belum tentu masalah. Untuk itu, guru harus membuat daftar pertanyaan siswa di papan tulis kemudian menyeleksinya
untuk dipilih sebagai permasalahan yang akan dicari pemecahannya oleh siswa.
Dengan kata lain, pertanyaan/permasalahan dari siswa dicari
jawaban/pemecahannya oleh siswa, dan rasa ingin tahu siswa terjawab. Kegiatan
pembelajaran tersebut mencerminkan proses pembentukan pengetahuan oleh siswa,
guru berperan sebagai fasilitator.
0 Response to "bab II PTK"
Posting Komentar